Sarang Laba-laba, Solusi Kontruksi Tahan Gempa
Post At : 20 Aug 2018 | Kategori : Berita

SURABAYA - Gempa Lombok dan Bali beberapa waktu lalu
membuat masyarakat setempat mengalami trauma akibat banyak bangunan
roboh dan menelan korban jiwa. Ambruknya bangunan diduga disebabkan
kesalahan konstruksi dalam pembangunan gedung bertingkat.
Hal itu
disampaikan Tim Ahli Pemasaran PT Katama, perusahaan pemilik paten
Perbaikan Konstruksi Sarang Laba-laba, Agus B Sutopo dalam acara
'Architectural Products Workshop Surabaya' di Hotel Novotel, Surabaya,
Kamis (16/8/2018).
Konstruksi sarang laba-laba, kata dia,
penemunya adalah almarhum Ir Sutjipto, kader PDIP Jatim. Konstruksi ini
telah teruji tahan gempa di beberapa daerah. Mulai Aceh, Padang,
Bengkulu sampai Papua. Bahkan konstruksi ini dijadikan bahan disertasi
di Universite de Technologie de Compiegne (UTC) Prancis. "Bangunan
ambruk kurang ketelitian dalam mendesain bangunan," katanya.
Menurutnya,
banyak kelebihan dalam konstruksi sarang laba-laba ini. Selain
pelaksanaan lebih cepat, juga efisien hingga 30%. Konstruksi sarang
laba-laba juga tahan terhadap getaran gempa yang melanda Indonesia.
Terbukti, dari beberapa gempa yang terjadi di Aceh dan terbaru di Nusa
Tenggara Barat, bangunan yang menggunakan konstruksi sarang laba-laba
masih berdiri.
"Kita harus mendesain setiap bangunan memiliki konstruksi tahan gempa.
Ini karena Indonesia rawan gempa karena terletak diantara lintasan
lempeng Asia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia," ujarnya.
Desain
konstruksi ini, lanjut dia, mulai mendapatkan tempat di masyarakat.
Tahun 2017, ada sekitar 100 bangunan yang dikerjakan diseluruh
Indonesia. Jumlah tersebut bakal bertambah tahun 2018 karena dia yakin
masyarakat merasakan kualitas konstruksi sarang laba-laba ini.
"Proses
pembangunan dengan konstruksi sarang laba-laba ini tidak mengganggu
lingkungan sekitar. Sebab, konstruksi ini tidak bergantung pada alat
berat dan tidak mengganggu lingkungan sekitar," terang Agus.
Dia
menjelaskan, konstruksi ini berbentuk rib atau rusuk. Setelah itu, diisi
menggunakan tanah dan dipadatkan. Setelah pemadatan, ditutup beton
bertulang. Dimana bentuk pembesian pada pertemuan plat dan kolom seperti
sarang laba-laba.
Desain konstruksi ini dianggap tepat untuk
bangunan-bangunan dengan ketinggian delapan lantai ke bawah, apron, exit
taxiway, jalan dan pergudangan. "Memang ada sedikit retak saat terjadi
gempa. Saya kira wajar, tapi bangunan tetap berdiri tegak dan layak
huni," pungkasnya
Sumber : https://ekbis.sindonews.com